
Haji Nuri dalam bukunya, Dar as-Salam jilid ke-2 halaman 63 menukil sebuah cerita:-
Syeikh Ibrahim Wahsyi, salah seorang penduduk desa Rumahiyah, sebuah desa di dekat perbatasan Iraq, sejak kecil sudah buta dan tidak mampu melihat. Jika musim dingin tiba ia mengasingkan diri di desa itu, sementara jika musim panas, ia pergi ke Najaf dan tinggal di sisi makam Sayyidina 'Ali menghabiskan waktunya dalam zikir dan doa.
Satu malam, ia pergi berziarah dan membaca doa-doa, bertawassul kepada para Imam yang suci. Pada ketika itu, tiba-tiba ia melihat dirinya memasuki pusara Sayyidina 'Ali as tidak ada satu lampu pun yang menyinari, namun sinar yang keluar dari makam Sayyidina 'Ali as menerangi sekitarnya. Ia pun melangkah, menghampiri pusara itu, diletakkannya tangannya di atas makam itu, ketika ia mengangkat kepalanya, dilihatnya Sayyidian 'Ali as sedang duduk di atas sebuah singgahsana, dari paras suci Imam memancar cahaya yang amat terang. Begitu ia melihat Imam dengan serta merta ia jatuhkan dirinya ke pangkuan Imam, tangannya menggapai kaki Imam, lalu diusapnya tiga kali. Sayyidina 'Ali berkata, "Engkau telah memperoleh pahala seorang syahid."
Syeikh Ibrahim Wahsyi, salah seorang penduduk desa Rumahiyah, sebuah desa di dekat perbatasan Iraq, sejak kecil sudah buta dan tidak mampu melihat. Jika musim dingin tiba ia mengasingkan diri di desa itu, sementara jika musim panas, ia pergi ke Najaf dan tinggal di sisi makam Sayyidina 'Ali menghabiskan waktunya dalam zikir dan doa.

"Engkau bermakmum kepadanya, tapi tidak kau ketahui namanya?"
"Saya baharu sahaja sampai, tak seorang pun yang saya kenal di sini."

Di sini pun Syeikh itu lupa akan matanya, ia segera memanggil Imam, dan bertanya kepada beliau, "Wahai putra Rasulullah, apakah aku ini termasuk ahli syurga atau ahli neraka?"
Mendengar pertanyaan ini, Sang Imam tersenyum kepadanya, Syeikh itu pun lari merangkul Imam, pada saat itu m Imam mengusapkan tangannya tiga kali ke muka Syeikh sambil berkata,
"Engkau termasuk ahli syurga."
Pada saat itu, saking terkejutnya, ia terbangun dari tidurnya. Sekelilingnya gelap gulita. Ia rasakan bahwa dirinya terbaring di sebuah katil, sementara air mengalir deras dari matanya membasahi janggutnya. Perlahan-lahan ia angkat kepalanya, ketika itu dengan jelas ia nampak bintang-bintang bersinar di sudut jendela.
Ia bangunkan isterinya, dan menceritakan segala yang ia alami padanya. Mereka dengan segera membawa sebuah lampu dan menyaksikan karunia Allah yang telah dianugerahkan kepadanya lewat tangan Sahibbuz Zaman, Imam Mahdi as."
No comments:
Post a Comment