Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, sekelompok pendeta Yahudi datang kepadanya, dan salah seorang berkata kepada Ali bin Abi Thalib, "Wahai Ali, aku ada satu masalah yang ingin aku tanya kepadamu,"
Ali pun berkata, "Bertanyalah sesuka hatimu."
Orang Yahudi itu pun berkata, "Beritahukan padaku tentang sekelompok manusia pada zaman dahulu, mereka mati selama tiga ratus sembilan tahun, lalu Allah hidupkan kembali. Bagaimana kisah mereka?"
Ali berkata, "Wahai Yahudi, mereka adalah penghuni gua (Ashabul Kahfi), Allah telah menurunkan atas nabi kami Al-Quran yang memuat kisah mereka. Kalau engkau mahu, akan kami bacakan kisah mereka di hadapanmu."
Orang Yahudi berkata, "Betapa sering aku mendengar Al-Quran. Kalau engkau memang tahu, katakan padaku nama-nama mereka, nama raja, nama anjing, nama gunung, nama gua dan kisah mereka dari awal hingga akhir."
Lalu Ali berihtiba' (duduk sambil mengangkat kedua lutunya dengan melilitkan serban pada kedua lutunya) dengan serban Rasulullah SAW, seraya berkata, "Wahai saudara bangsa Arab, kekasihku Muhammad SAW pernah bercerita kepadaku bahawa di daerah Romawi sebuah kota bernama Afsus dan juga dinamakan Thurthus. Nama kota itu di zaman jahiliah adalah Afsus, lalu ketika Islam datang dinamakan Thurthus. Mereka mempunyai seorang raja yang soleh. Raja itu mati lalu tersebar berita kematiannya hingga seorang raja dari Persia yang bernama Diqyanus mendengar berita tersebut. Dia adalah raja yang sangat zalim dan kafir. Dia datang bersama bala tenteranya ke kota Afsus dan menjadikannya sebagai tempat kerajaannya, lalu membangun sebuah istana."
Yahudi itu berkata, "Jika Anda benar-benar tahu, maka jelaskan kepadaku tentang istana itu dan ruang-ruangannya!"
Ali menjawab, "Raja itu membangunkan istana dari marmar, panjangnya satu farsakh (5 - 6 km), lebarnya satu farsakh. Di dalamnya terdapat empat ribu pilar dari emas dan seribu lampu emas. Lantainya dari suasa dan setiap malam diisi dengan minyak wangi yang harum. Dia letakkan di bahagian timur seratus delapan puluh kekuatan, demikian juga di bahagian baratnya. Matahari dari sejak terbit sampai terbenam mengitari istana. Dia membuat singgahsana dari emas panjangnya delapan puluh hasta dan berhiaskan mutiara. Dia letakkan di sebelah kanan singgahsana delapan puluh kursi emas untuk para panglimanya dan juga di sebelah kirinya delapan puluh kursi emas juga. Dia duduk di atas singgahsananya sambil mengenakan mahkota di atas kepalanya."
No comments:
Post a Comment